Rabu, Maret 03, 2010

kisah si "JLOGRO"

Teringat sebuah dongeng klasik yang pernah di bawakan oleh Nenek Saya dulu waktu masih kecil, Setiap mau tidur di waktu malam Nenek pasti mendongeng sebuah cerita yang menarik dan Saya suka. Ada sebuah dongeng yang saya pikir sangat bagus dan masih Saya ingat, Dongeng itu bercerita tentang perjalanan seorang manusia yang tak pernah mensyukuri apa yang di berikan oleh Tuhan, Dan pada akhirnya pula Dia tlah menemukan rahasia bahwa sesungguhnya ia berada pada takdir yang bagus oleh rencana Tuhan yang dulunya Dia tak mau menerima takdir dirinya itu.
Begini ceritanya,....
Ada seseorang anak manusia yang di takdirkan menjadi “JLOGRO” yaitu orang yang mempunyai pekerjaan memecah batu gunung. Jadi batu-batu yabg besar dipecah-pecah menjadi kecil dan nantinya di jual untuk bahan bangunan ataupun yang lainnya. Si Jlogro ini selalu mengeluh pada Tuhannya atas takdir yang di berikan, Dia hidup sengsara tiap hari memecah batu mamakai palu yang besar nan berat kulit di bakar panas terik matahari sungguh sengsara sekali.
Dia berfikir andaikan menjadi Sang Matahari Dia pasti tidak akan hidup sengsara seperti ini, Justru Dia akan membuat sengsara dan tidak ada yang bisa mengalahkan Dirinya. Kemudian Dia minta kepada Tuhan agar di jadikan Matahari, Tuhan pun mengabulkannya sehingga Dia menjadi Sang Matahari. Dengan gagahnya Dia menyinari bumi dengan teriknya, Dia tertawa dan bangga karena tidak ada yang mengalahkannya. Syahdan suatu ketika panas teriknya ada yang mampu menghalangi yaitu Sang Awan tebal, Dengan sekuat tenaga pun Dia tak mampu menembusnya. Sekali lagi ia memohon kepada Tuhan agar ia di jadikan Awan tebal. Dikabulkanlah permintaannya jadilah ia arak-arakan awan hitam nan tebal dengan bangganya dimanapun ada terik matahari di tutupinya sehingga matahari tidak dapat menyinari bumi ,...
Tetapi lagi-lagi ada yang mengalahkannya Dia tersapu oleh Sang Angin kencang, Kumpulan Awan tebal itu tersapu kocar-kacir dan tak bisa menutupi terik matahari. Dia tak terima dengan keadaannya sehingga bermunajatlah ia kepada Tuhan agar ia di jadikan Sang Angin. Jadilah ia Angin dengan gagahnya menyapu bersih awan yang menutupi matahari, Bukan hanya awan , semua yang ada dihadapannya di sapu bersih, pohon, rumah, manusia, hewan ludes semuanya di sapu oleh keperkasaannya.
Syahdan ada sebuah batu gunung besar berdiri dengan kokohnya dia terpa dengan semua tenaga yang ada tetapi tidak bisa membuatnya bergeming sedikitpun. Berfikirlah dia atas kejadian yang menimpanya ternyata masih ada kekuatan yang bisa menandinginya. Dan seketika itu untuk kesekian kalinya ia meminta kepada Tuhan agar di jadikan sebuah batu gunung yang sangat besar sehingga ia bisa tidur dengan tenang dan tak ada yang mengalahkannya apalagi mengusiknya. Tanpa menunggu waktu di kabulkanlah permintaannya itu jadilah ia batu sebesar gunung sungguh amat sangat besar. Tenanglah jiwanya, tenanglah hatinya setelah ia jadi batu dan beranggapan tidak ada yang mengalahkannya.
Lalu ada seorang anak manusia dengan ketekunan, kesabaran memahat, mengkikis, memecah dikit demi sedikit batu itu untuk nafkah keluarganya lambat laun habislah kekokohan Sang batu. Dia tidak terima, lalu untuk kesekian kalinya ia bermunajat lagi kepada Tuhan agar ia di jadikan manusia pemecah batu atau “Jlogro” agar ia bisa menaklukkan batu sebesar apapun dengan kesabaran dan ketelatenannya. Syahdan permohonannya pun langsung di kabulkan oleh Tuhan dengan kemurahannya setelah jadi Jlogro ia dengan semangat tinggi memukul, memahat dan memecah batu, Ya… menaklukkan batu tanpa lelah. Lalu ia sadar bahwa dulu ia pernah menjadi Jlogro tetapi tidak pernah mensyukuri apa yang Tuhan berikan padanya padahal apa yang di gariskan padanya itu adalah yang terbaik baginya…
Pembaca yang Budiman, Kadang kala kita merasa tidak puas dengan Takdir yang di gariskan oleh Allah SWT, menggerutu, tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang apapun yang telah di takdirkan pada kita yakinlah bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita. Jika ada sebuah keinginan atau do’a kita yang belum di kabulkan, Mungkin keinginan kita itu akan berdampak buruk nantinya pada kita jika itu terkabul sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui. Allah Maha Penyayang. Mari kita Syukuri apa yang telah di berikan Allah pada kita.
Lebih baik mengisi hidup dengan berbaik sangka kepada Allah, Bersyukur atas karuniaNYA, Semangat dan selalu meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT, Dari pada selalu menyesali diri dan selalu tidak puas atas karuniaNYA…..Bagikan

0 komentar:

Posting Komentar